Konservasi Lahan Melalui Desa Hayati

KUDUS - Potensi desa Jrahi dilirik oleh Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) sebagai sesuatu yang patut untuk dikembangkan. Desa ini terletak di Kecamatan Gunung wungkal Kabupaten Pati atau sekitar 35 km dari pusat kota. Desa yang termasuk kedalam grand design perbaikan DAS Muria ini memiliki bambu yang melimpah dan baik kualitasnya. Bambu berjenis bambu petung ini memiliki rebung yang rasanya manis dan enak. Hal ini karena bambu petung ini hasil dari teknik budidaya kultur jaringan yang telah dilakukan oleh dinas kehutanan Pati.

Dosen Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UMK, Drs. Hendy Hendro HS. M.Si menyatakan bahwa sebaiknya bambu di desa Jrahi tidak hanya dimanfaatkan rebungnya saja, namun dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan perekonomian dan daya guna lahan seperti menjadikan desa Jrahi menjadi desa hayati. Desa hayati (biovillage) adalah model pengelolaan lahan dengan menggunakan sistem pertanian terpadu, melalui program pengentasan kemiskinan, pemberdayaan mesyarakat, dan perbaikan lingkungan. Desa hayati bukan hanya konservasi plasma nutfah tetapi juga konservasi lingkungan, air dan lahan.

Selama ini bambu di desa Jrahi hanya dimanfaatkan tunas rebungnya saja, padahal jika dimanfaatkan dengan kreatif bambu dapat dijadikan bahan kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. Selain bambu terdapat beberapa tanaman seperti alpukat, nangka dan juga kopi. Bergandengan dengan Dinas Kehutanan, KLHK Pati dan dua guru besar dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Mudiastuti dan Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, Drs. Hendy Hendro HS. M.Si akan membuat konsep demplot agroforestry dengan komoditas/tanaman yang cocok di daerah tersebut. Saat ini empat orang mahasiswa progdi Agroteknologi UMK sedang melakukan penelitian yang merupakan bagian dari pembuatan konsep demplt tersebut. (nindya_fp)